Wah! Segarnya udara desa! kataku dalam hati. Matahari sore menyinari
wajahku yang tampan dan tak berjerawat. Telah lama aku menunggu
kesempatan untuk berkelana ke desa-desa yang masih belum banyak
dikunjungi orang-orang kota.Aku adalah seorang programmer yang bekerja
di Amerika. "Dorr!" Terdengar suara letusan dan dengan terpaksa aku
menghentikan mobilku. Ternyata ban mobilku meletus. Kiri kanan tidak ada
satu orang pun. Malam telah menjelang dan matahari telah tenggelam di
balik pegunungan di sebelah Barat. Dengan berat hati aku berjalan kaki
dan meninggalkan mobilku di sana. Memang hari sialku. Ban serep yang
biasa kusimpan di dalam bagasi lupa kubawa.Baru berjalan beberapa
langkah, terdengar suara sepeda motor dari belakang. Sepeda motor itu
dikemudikan oleh seorang kakek-kakek. Sepeda motor itu berhenti seketika
saat melihatku."Excuse me, may I know how long is it to the nearest
village?" Sapaku ramah, aku takut dia tidak mengerti bahasa Inggrisku
yang kurang lancar ini."Loe orang Indo ya?" tanya kakek itu."Kakek juga
dari Indonesia?" tanyaku penasaran."Duduklah di belakang, gue bonceng ke
rumahku. Tak jauh kok." Jawabnya dengan tawa kecil. Aku duduk
berboncengan dengan kakek itu. Setelah melewati lahan-lahan yang
berwarna kuning emas akhirnya kami sampai di sebuah rumah kuno dari
kayu."Ini adalah rumahku. Mari masuk." kata kakek tersebut
mempersilakanku.Sewaktu memasuki rumah itu, bulu kudukku mulai
berdiri."Anna, buatkan dua gelas kopi, kita ada tamu nih." kata kakek
tersebut menyuruh seseorang.Dari arah dapur muncul seorang bidadari,
wajahnya cantik, badannya seksi, dan dia memakai baju yang super ketat.
Setelah menuangkan dua gelas kopi dia masuk ke dapur dan menyibukkan
diri."Anak muda, siapa namamu?" kata kakek tersebut ramah."Oh maaf,
namaku Alvin. Aku bekerja untuk IBM. Tadi banku meletus..""Anak muda,
malam ini kamu tidur di kamar Anna saja, sebab kamar Anna satu-satunya
yang ada dua ranjang.""Maaf, boleh saya tahu nama kakek?""Ho ho ho...
Namaku Dayat, dua tahun yang lalu aku dan cucuku, Anna, berimigrasi ke
sini. Kelihatannya kamu ada minat dengan cucuku ya?"Aku tersentak kaget,
bagaimana dia tahu?"Itu sudah biasa anak muda, kalau saya masih seumur
denganmu mungkin sudah saya ajak kimpoi dia.""Pak Dayat, saya mohon
diri, saya mau tidur dulu.""Silakan, tapi jangan keluar dari rumah ini
setelah tengah malam, sebab terlalu bahaya.""Terima kasih atas semuanya,
boleh saya tahu kamarnya yang mana Kek?""Kamar di pojok kanan."Setelah
itu kakek tersebut masuk ke kamar di pojok kiri.Aku masuk ke kamar dan
ternyata kamar itu tidak ada orang. Dua buah ranjang yang dimaksud kakek
tersebut masih rapi dan berdampingan. "Wah, malam ini bisa main deh",
pikiran nakalku mulai bekerja. Aku terbaring di sebelah kanan ranjang
dan sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa kulakukan. Dalam
waktu singkat, batang kemaluanku mulai menjadi keras.Tiba-tiba saja,
pintu kamar dibuka dan Anna memasuki kamar. Dia pasti mengira aku telah
tertidur lelap, sebab dengan pelan-pelan dia berjalan ke arah lemari
bajunya sambil melepas pakaiannya satu persatu. Ternyata dia tidak
memakai BH ataupun celana dalam. Payudaranya berdiri dengan kencang, dan
bulu kemaluannya di potong pendek-pendek. Badannya yang aduhai semakin
indah di bawah sinar bulan purnama.Setelah memakai piyamanya dia tidur
di sebelahku. Tangannya yang mulus mengelus pipiku sambil berbisik, "Loe
suka apa yang loe lihat barusan nggak?" Aku tersentak kaget. Jadi tadi
dia ganti baju di depanku dengan sengaja. Tangannya mulai turun dan
memegang kejantananku yang sekeras baja. "Nakal juga loe, dari tadi diam
aja." Dia membalikkan badanku dan mulai menciumi wajahku. Mulai dari
keningku, kemudian hidung, dan akhirnya mulutku. Aku membalas ciumannya
dan akhirnya kami French Kissing. Lidah kami bertemu dan bergelut. Badan
kami mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa permainan ini akan menjadi
menarik.Tanganku mulai membuka baju piyamanya. Tanpa melepaskan French
Kiss kami, dia membuang bajunya ke tanah. Tangan nakalku mulai memainkan
payudaranya yang indah. Tangannya mulai melepaskan kemejaku dan tak
lama kemejaku juga menyusul di tanah.Ciuman kami terlepas untuk
mengambil nafas. Nafas kami mulai menjadi berat dan kami bergerak
menurut insting kami. Aku mulai menciumi lehernya dan terus turun ke
arah payudaranya. Aku menciumi payudaranya dan menjilati puting susunya.
Setelah lumayan puas dengan payudaranya, aku menurunkan celana
piyamanya. Tanganku mulai bermain di liang kewanitaan Anna. Aku
memasukkan satu jari dan merasakan liang kewanitaannya membasah. Anna
juga tak kalah ganasnya. Dia melepaskan sabuk dan celana jeans-ku.
Celanaku menyusul baju dan celana kami di tanah. Celana dalamku juga
menyusul.Aku pun tidak mau buang-buang waktu lagi. Kujilati liang
senggamanya dan klitorisnya. Langsung saja dia mengerang dengan penuh
kepuasan. Sambil terus menjilati klitorisnya, aku memasukkan dua jari ke
liang senggamanya. Tanganku yang satunya menemukan payudaranya dan
mulai memelintir ringan puting susunya. Dia mengerang dengan gembira dan
cairannya mulai tumpah dan dia pasti telah mendapat orgasme yang keras.
Aku tidak peduli, dengan ganas kudorong maju mundur jemariku dan dengan
keras kujilati klitorisnya. Tepat juga dugaanku, dia mendapat multiple
orgasme.Batang kejantananku yang sejak tadi keras dan online siap-siap
kumasukkan ke lubang cintanya. Tetapi dia menarikku dan membaringkan
tubuhku di ranjang. "Tenang aja..." katanya dengan suara yang merdu.
Setelah itu, dia langsung mengulum batang kemaluanku dan dia langsung
menaruh liang cintanya di atas wajahku. Langsung saja kujilati. Dalam
posisi 69 ini, kami saling memuaskan satu sama lainnya. Tak lama, aku
merasa air maniku akan keluar. "Anna, I'm cumming..." desahku diiringi
dengan semprotan air maniku yang maha dahsyat dan langsung ditelan
dengan mesra oleh Anna dan setelah orgasme yang keras itu, kurasakan
Anna mencapai puncak orgasme seperti yang kualami tadi.Kami sangat
kecapaian dan berbaring sebentar. Rupanya Anna masih hot. Dia mulai
memegang-megang batang kemaluanku dan genggamannya mulai bergerak naik
turun. Batang kemaluanku yang offline langsung saja berdiri tegap. Anna
duduk mengkangkang dan mengendarai batang kemaluanku. Badannya naik
turun berirama. Tanganku memainkan puting susunya yang mulai mengeras
dalam peganganku. Dia mulai mengerang dan berteriak, "Enak...!"
Pinggulku juga turut bergerak naik mengikuti irama Anna.Tanda-tanda
ejakulasi mulai muncul dan irama kami semakin lebih cepat. "Ooh.. ooh.."
Kami berdua mengerang bersamaan dan akhirnya aku merasakan otot-otot
liang kewanitaannya mengeras dan cairan cintanya tumpah ke atas batang
kemaluanku. Pada saat itu juga batang kemaluanku menembakkan cairan
nikmatnya ke dalam liang kewanitaannya yang sempit itu.Kami berpakaian
kembali. Kami berdua tidur berpelukan sampai besok paginya. Pagi
harinya, aku melihat Pak Dayat sedang melihat beberapa orang pemuda desa
yang sedang memperbaiki ban mobilku dan setelah selesai, saya langsung
pergi dari desa itu meninggalkan kenangan yang tak terlupakan.
0 komentar:
Posting Komentar - Back to Content